Akhir November 2010 saya
dan tiga orang teman melakukan perjalanan jauh dengan kereta ekonomi
dari stasiun Jenar-Purworejo menuju stasiun Jatinegara-Jakarta.
Perjalanan jauh yang jarang-jarang saya lakukan. Tiga teman
seperjalanan membuat perjalanan cukup nyaman dan tidak membosankan
mengingat perjalanan yang tidak sebentar. Padatnya penumpang membuat
kami tidak berkutik di bangku masing-masing. Hanya obrolan dan
obrolan yang mampu melupakan penatnya duduk berjam-jam selama
perjalanan. Yang menarik buat saya dari naik kereta adalah ketika
pedagang-pedagang mulai menjajakan berbagai macam dagangannya. Mulai
dari jajanan yang biasa ditemui sampai jajanan daerah yang hanya
dijumpai di daerah tertentu, ada semua ;)
Tidak lama setelah kami
berhasil melewati padatnya penumpang dan duduk tenang, saya membeli
buku teka-teki silang (TTS) yang ditawarkan seorang pedagang. Ketika
lelah mengobrol dan tidak bisa tidur, saya pikir buku TTS akan jadi
bekal yang pas untuk saya. Kemudian ada sesuatu yang mengusik pikiran
saya. Ketika pedagang buku TTS tersebut menyodorkan 2 buku yang saya
minta, tepat saat itu juga spontan saya respon dengan pertanyaan,
“bang, kok gambarnya perempuan semua bang?!” “yah, kalo nggak
ya mana lakuu mbak”jawab si abang pedagang. “gambar laki-laki
kek, mobil kek, apa gitu, jangan perempuan bang” kusambung sambil
nyengir menyodorkan selembar lima ribuan. Si abang hanya balik
nyengir.
Si abang TTS berlalu,
buku TTS-nya yang tinggal mengusik pikiran. Dua buku yang baru saja
saya beli bersampul seorang model perempuan yang sedang berpose.
Seingat saya, hampir semua buku TTS yang saya temui selama ini
bergambar perempuan di sampul depannya. Bukan begitu?
Pertanyaannya adalah,
mengapa? Mengapa disampul buku TTS tersebut bukan gambar laki-laki
berjas, mobil, rumah atau pemandangan alam?! Mengapa perempuan
berpose dengan pakaian minim yang dijadikan sampul buku tersebut?!
Dari jawaban abang pedagang buku TTS, dapat diasumsikan bahwa gambar
perempuan pada sampul buku TTS adalah salah satu faktor 'laku'nya
buku TTS dagangannya. Jadi, bukan hanya isi dari TTS tersebut yang
dicari konsumen, tapi gambar disampulnya turut berperan. Perempuan
berpose di sampul buku TTS tersebut kemudian menjadi daya tarik
konsumen. Hal yang demikian kemudian menjadi salah satu bentuk
eksploitasi terhadap perempuan. Mereka kaum kapitalis dengan
kacamata ekonominya mengeksploitasi perempuan sebagai alat untuk
mendongkrak penjualan produknya. Contohnya pada produk buku TTS
tersebut. Belum lagi pada produk-produk lain yang tanpa kita sadari
menjadikan perempuan sebagai daya tarik agar orang membeli atau
paling tidak memberi perhatian pada produk tersebut. Penjualan produk
otomotif dengan model perempuan berpakaian minim contoh lainnya.
Kalau dipikir kembali, tidak ada hubungannya produk-produk tersebut
dengan perempuan. Eksploitasi terhadap perempuan dideteksi lagi-lagi
dari target pemasaran produk-produk tersebut yang notabene adalah
laki-laki.
Penjualan produk yang
menjadikan perempuan daya tarik penjualan produknya mungkin berkilah
bahwa mereka hanya memenuhi 'selera masyarakat'. Tapi masyarakat
mana yang mereka ikuti?Meraup
keuntungan dengan mengeksploitasi seseorang jelas tidak benar apalagi
dengan tidak mengindahkan sisi norma dan nilai serta moral di
masyarakat. Namun sayangnya hal tersebut seolah sudah 'diterima'
masyarakat, 'seolah' sebagai bentuk kewajaran.
Ekspoitasi
perempuan dalam berbagai produk yang menguntungkan kaum kapitalis
tersebut perlu diperhatikan. Mereka yang mengambil keuntungan dengan
cara mengeksploitasi perempuan hendaknya perlu didorong untuk lebih
sensitif gender, tidak mengekspoitasi perempuan semata-mata hanya
demi keuntungan belaka.
Masih
terusik dengan TTS tersebut, ditengah perjalanan menuju Jakarta saya mencoba membuka
dan mengisi kotak-kotak kosong didalamnya. Semoga hal-hal demikian,
eksploitasi terhadap perempuan, tidak lagi terjadi. Minimal tereduksi
perlahan-lahan. Dan untuk itu, suara yang memperhatikan hak perempuan
harus melebar, masuk ke dalam ranah penentu kebijakan. Khususnya
kebijakan-kebijakan yang bisa memotong jalur kaum kapitalis yang
mengeruk keuntungan dari eksploitasi perempuan.
2 comments:
eksploitasi atau emansipasi?menjadikan perempuan sebagai icon "penglaris" buku semacam TTS.
eksploitasi.
Post a Comment